Dewasa
ini, semakin banyak para seniman muda terutama para perupa atau penggelut seni
rupa yang muncul dengan ide-ide cemerlangnya dan tidak kalah tentunya dengan
para seniman/perupa senior yang notabene sudah makan asam garam terlebih dulu
di dunia seni rupa khususnya bidang seni lukis atau gambar. Hal ini menjadi
wajar karena inilah yang diharapkan, lahir para generasi-generasi baru yang
akan meneruskan bangkitnya “seniman” yang tak hanya jago kandang saja. Seperti kutipan dalam berita internet ( www.maknews.com) tentang Pentingnya
Pameran bagi Perupa Muda, by Syska : “Maka
itu, perupa muda, jangan lagi takut untuk mengikuti ajang pameran seni. Berlaku
pula untuk perupa muda semester awal, perupa muda setara Sekolah Menengah Atas
ataupun non akademis yang belajar secara otodidak maupun di sanggar-sanggar
seni”. Dengan begitu para perupa muda menjadi terekspose dan terlihat sebagai
perupa yang sebenarnya, menunjukkan karya-karya mereka yang tak kalah taringnya
dengan para perupa senior.
Setiap kota pasti memiliki para perupa muda dengan berbagai ciri khas gambar atau corak masing-masing yang dimiliki. Salah satunya ialah kota pembuat dawet ayu, yakni kota Banjarnegara, kota kecil yang terletak di provinsi Jawa Tengah memiliki banyak seniman rupa muda yang aktif dan turut meramaikan bahkan berpengaruh di Kota dawet ayu tersebut, mengambil contoh perupa muda yang menjadi poros geraknya teman-teman perupa lainnya ialah ACHMAD LUTFI atau yang kental disapa dengan nama panggilan UPI, dia merupakan seniman muda aktif yang menggeluti bidang seni melukis, grafitti dan sketsa atau gambar pensil. Lahir di Banjarnegara, tanggal 30 April 1989, kini bertempat tinggal di Jalan Jendral Sudirman No. 32 Gang Kebaon RT 04 RW 03 Banjarnegara, sering mengadakan dan turut serta dalam acara pameran seni rupa, seperti : Pameran Seni Rupa Bergerimis “Komunitas Nyawang Rupa”, Pameran Seni Rupa Pagelaran Lentera Malam Jilid 2, Pameran Seni Rupa Sore Bergambar Banjarnegara, Pameran Seni Rupa Tiga Perupa Banjarnegara dan Pameran Seni Rupa Sungai Indonesia Festival Serayu Banjarnegara, semuanya diikuti pada tahun 2014 hingga 2015.
![]() |
Gambar 2. Achmad Lutfi/Upi |
Pada
kesempatan kali ini karya milik Upi akan sedikit dikupas, karya yang akan
diulas ialah karya sketch pensil yang berjudul “Puncak Hidup” ukuran kertas A4 (21 X 29 cm) , karya ini pernah
dipamerkan di Pameran Seni Rupa Tiga Perupa Banjarnegara, pada tanggal 23 – 25 Oktober
2015 di Balai Budaya Banjarnegara, tiga perupa ini antara lain Awan Yustira,
Ade Setiadi dan Achmad Lutfi atau Upi. Karya Puncak hidup ini menjadi satu
karya yang bisa dibilang sederhana namun mengena dan apik, teknik yang dipakai
ialah teknik arsir pensil, arsiran yang dibuatnya sangat lembut dan tipis,
tampilan visualnya nampak separuh wajah manusia yang menengadah terlihat
hidung, bibir, dagu, pipi dan leher. Menggambarkan sosok perempuan karena
bentuk bibir yang terlihat tipis dan sensual, sesuai dengan arsiran yang
digoreskan terkesan lembut mewakili sosok perempuan yang identik dengan
kelembutannya. Penulis akan sedikit mencoba menginterpretasikan karya ini, puncak hidup merupakan klimaksnya suatu
peristiwa atau moment tertentu, dilihat dari gambar yang terlihat jelas bahwa
nampak kelegaan pada diri wanita tersebut dengan mendongakkan kepalanya keatas
serta mulutnya sedikit terbuka seperti menghela nafas dengan lega, puncak hidup
yang penulis coba artikan merupakan suatu puncak kebahagiaan yang didapatkan
oleh manusia/ wanita. Mengapa harus sosok wanita / perempuan yang ditampilkan
pada karya pensil ini?, sekali lagi penulis menerjemahkan bahwa wanita merupakan
sosok yang syarat akan perasaannya, perasaan yang lebih baik dibandingkan
dengan pria yang memakai logika sebagian besar dalam hidupnya, perasaan inilah
yang menjadi akar pekanya seorang wanita terhadap rasa atau sesuatu hal yang
dialami, secara singkat ia dapat lebih merasakan apa arti kebahagiaan secara
mendalam, apa arti dari kelegaan yang ia rasakan, dan apa arti puncak dari makna
hidup yang ia miliki. Perempuan memiliki rasa peka yang lebih dalam. Maka
ekspresi yang ditampilkan pada karya ini lebih berwujud dalam dan lebih dapat.
Puncak
Hidup ini menjadi karya yang unik, karya simple yang tetap menonjolkan
keindahan didalamnya, dengan memperhatikan letak yang tidak biasa menjadikan
karya ini karya yang tidak bosan untuk dipandang, namun sekiranya pencipta
karya perlu mencoba goresan pensil yang lebih khas lagi agar terlahir karya
identik milik dirinya, atau ciri khas tersendiri. Misalnya orang lain yang
melihat karya Upi tahu bahwa itu karyanya tanpa menuliskan nama “Upi” disamping
gambarnya.
Terlepas
dari itu semua karya milik generasi muda para seniman atau perupa muda khusunya
menjadi satu cerminan semangat menggelora untuk menerbitkan hal yang selalu
baru dan segar. Memberi inspirasi bagi orang lain dengan tetap rendah hati
seperti moto dari seniman muda ini, “Teori hanya 1%, sisanya (proses) adalah
anugerah Tuhan”, Upi.